Perubahan bunyi:
Perubahan bunyi yang terurai di bawah ini
yang terkondisikan atau tidak (dipengaruhi
oleh lingkungan). Berikut diklasifikasi
sebagai berikut:
2.
timpu timbu = Terkondisikan:
asimilasi progresif = /p/ /b/ /m/
3.
nutku nuktu = Tidak terkondisikan: metatesis[3] = terjadi
perubahan pertukaran fonem yang tidak
mengubah fonem asal, nampak pada /tk/ dan /kt/
5.
wakli wagli = Terkondisikan: asimilasi regresif = /k/ /g/ /l/
6.
utka ukta = Tidak terkondisikan: metatesis = terjadi perubahan pertukaran fonem yang tidak mengubah fonem asal, nampak pada /tk/
dan /kt/
7.
kunka kunga = Terkondisikan: asimilasi progresif = /k/ /g/ /n/
8.
iyantu iyandu = Terkondisikan: asimilasi progresif = /t/ /d/
/n/
9.
mutki mukti = Tidak terkondisikan: metasesis = terjadi
perubahan pertukaran fonem yang tidak
mengubah fonem asal, nampak pada /tk/ dan /kt/
10.
pukyu pugyu = Terkondisikan: asimilasi regresif = /k/ /l/ /y/
11.
inti indi = Terkondisikan: asimilasi progresif = /t/ /d/ /n/
12.
sanku sangu = Terkondisikan: asimilasi progresif = /k/ /g/
/n/
13.
hampatu hambatu = Terkondisikan: asimilai progresif = /p/ /b/
/m/
Perubahan fonem berdasarkan
posisi artikulasi
1.
-mp- -mb- =
dibedakan ke dalam posisi artikulasi yakni:
/m/ =
bilabial nasal; /p/ = bilabial hambat tb (distingktif); /b/ = bilabial hambat bersuara
2.
-mp- -mb- = /m/ =
bilabial nasal; /p/ = bilabial tidak bersuara (distingktif); /b/ = bilabial bersuara
3.
-tk- -kt- = /t/ = dental hambat tb; /k/ = dorso velar hambat tb
4.
-kl- -gl- = /k/ = dorso velar hambat tb; /g/ = dorso velar hambat b; /l/ = dental lateral b
5.
-kl- -gl- = /k/ = dorso velar hambat tb; /g/ = dorso velar hambat b; /l/ = dental lateral bersuara
6.
-tk- -kt- = /t/ =
dental hambat tb; /k/ = dorso
velar hambat tb
7.
-nk- -ng- = /n/ =
dental nasal; /g/ = dorso
velar hambat b; /k/ = dorso velar hambat tb
8.
-nt- -nd- = /n/ =
dental nasal; /t/ = dental hambat tb; /d/ = dental hambat b
9.
-tk- -kt- = /t/ =
dental hambat tb; /k/ = dorso
velar hambat tb
10.
-ky- -gy- = /k/ = dorso velar hambat tb; /y/ = palatal luncuran; /g/ = dorso velar hambat b –
11.
-nt- -nd- = /n/ =
dental nasal; /d/ = dental hambat b; /t/ = dental hambat tb
12.
-nk- -ng- = /n/ =
dental nasal /k/ = dorso
velar hambat tb; /g/ = dorso
velar hambat b
13.
-mp- -mb- = /m/ =
bilabial nasal; /p/ = bilabial hambat tb (distingktif); /b/ = bilabial hambat b
[1]Asimilasi adalah peristiwa perubahan suatu bunyi menjadi bunyi lain
sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya sehingga bunyi itu sama
atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Kalau
perubahan itu menyebabkan perubahan identitas sebuah fonem, maka perubahan itu
disebut asimilasi fonemis. Sedangkan, apabila perubahan itu tidak menyebabkan
berubahnya identitas sebuah fonem, maka perubahan itu merupakan asimilasi
fonetis atau asimilasi alomorfemis. Misalnya, kata sabtu dalam bahasa Indonesia sering diucapkan
/saptu/, dimana terlihat bunyi /b/ berubah menjadi /p/ sebagai akibat pengaruh
/t/, bunyi /b/ adalah bunyi hambat bersuara sedangkan bunyi /t/ adalah bunyi
hambat tak bersuara. Oleh karena itu bunyi /b/ yang bersuara iru, karena
pengaruh bunyi /t/ yang tak bersuara, berubah menjadi bunyi /p/ yang juga tidak
bersuara. Bandingkan dengan disimilasi, jika dalam asimilasi, fonem mengalami
perubahan mendekati fonem lingkungannya, maka dalam disimilasi fonem tersebut
seakan-akan menjauhi persamaan dengan fonem lingkungannya. Dengan kata lain
terjadi pelainan bunyi demi kepentingan kelancaran ucapan. Misalnya, dalam
bahasa Sansekerta kata cipta dan cinta yang berasal dari bahasa
Sansekerta citta. Kita lihat bunyi /tt/ pada kata citta berubah
menjadi bunyi /pt/ pada kata cipta dan bunyi /nt/ pada kata cinta.
[2]Asimilasi
progresif adalah perubahan bunyi yang diubah terletak di belakang bunyi yang
mempengaruhinya. Contoh lain: mit der
Frau → /mit ter Fra/ (belanda)
[3]Metatesis
ialah perubahan urutan fonem yang terdapat dalam kata, ia tidak mengubah fonem
menjadi fonem lainnya. Contoh lain: jalur → lajur, kolar → koral
(indonesia)
[4]Asimilasi
regresif ialah perubahan bunyi yang terletak di muka bunyi yang
mempengaruhinya. Contoh lain: ap de weg → /abdeweg/ (belanda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar