Senin, 21 September 2015

Hubungan Bahasa, Pikiran, dan Budaya

Berbahasa, berpikir, dan berbudaya saling berkaitan dan berintegrasi dalam kehidupan manusia. Berbahasa adalah menyampaikan pikiran atau perasaan mengenai sesuatu hal dalam kehidupan budayanya. Intinya, sebelum berbahasa terdapat proses berpikir dan dari proses berpikir itulah akan digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan berbudaya.
 Berikut pendapat menurut para pakar:
Teori Wilhelm Von Humboldt
               Menurut Humboldt berpendapat bahwa pandangan hidup dan budaya suatu masyarakat ditentukan oleh bahasa masyarakat itu sendiri. Jadi, bahasa yang sudah ditetapkan oleh masyarakat tertentu akan menjadi sebuah pandangan hidup atau identitas suatu budaya masyarakat itu sendiri. Selain itu, Humboldt juga berpendapat bahwa bentuk luar merupakan bahasa yang bisa kita dengar misalnya kata yang terucap dari mulut, sedangkan dari dalam merupakan dari otak yaitu pikirannya kita.

Teori Sapir-Whorf
               Sependapat dengan Humboldt, Whorf berpendapat bahwa tidak ada dua buah bahasa yang sama, sehingga dapat dianggap mewakili masyarakat yang sama dan ia menolak adanya pandangan klasik mengenai hubungan bahasa dan berpikir bahwa bahasa berdiri sendiri. Jadi, dalam masyarakat tertentu hanya memiliki satu bahasa yang disepakati, dan Whorf berpandangan bahwa tanpa melalui proses berpikir, bahasa itu sudah berdiri sendiri.

Teori Jean Piaget
                  Berbeda dengan pendapat para ahli diatas, Piaget berpendapat bahwa bahasa terbentuk karena ada yang membentuk yaitu berupa proses berpikir. Tanpa proses berpikir, bahasa tidak akan pernah ada, sehingga proses kemunikasi dalam budaya tidak akan terwujud secara maksimal. Dalam hal ini berarti perilaku berbahasa yang sudah ada dalam pemikiran manusia itu sendiri bisa juga dianggap sebagai bahasa yang terdapat dari nurani manusia itu sendiri.

Teori L.S Vygotsky
                Vygotsky berpandangan bahwa pada awal mulanya bahasa dan pikiran tidak ada hubungan yang mengikat antar keduanya, tetapi seiring berjalannya waktu, manusia akan berpikir tentang bahasa, sehingga manusia akan berbahas dengan pikirannya.

Teori Noam Chomsky
               Chomsky berpandangan bahwa sejak lahir manusia sudah memiliki kemampuan berbahasa dalam memori otaknya yang berupa LAD (Language Aquitition Device). Hal itu tercermin pada seorang bayi yang sebenarnya di dalam otak sudah tersimpan kemampuan untuk berkomunikasi yang diturunkan secara biologis, tetapi belum bisa untuk diungkapkan. Namun, seiring berjalannya waktu seorang bayi bisa berbahasa ibu karena adanya jalinan batin yang kuat antar keduanya.

Teori Eric Lenneberg
              Eric berpendapat bahwa manusia telah menerima warisan biologi ketika dilahirkan berupa kemampuan berkomunikasi dengan bahasa khusus sesama manusia dan tidak ada hubunganya dengan kecerdasan dan pemikiran.

Teori Brunner
                 Bertolak belakang dengan pendapat Vygotsky yang mengatakan bahwa awal mula pikiran dan bahasa itu tidak ada hubungannya, tetapi menurut Bruner bahasa dan pikiran itu sebenarnya saling bekerja sama karena dengan bahasa orang dapat berpikir sistematis oleh karena itu bahasa dan pikiran dapat saling membantu.
Teori Kekontroversialan Hipotesis Sapir-Whorf 
  • Sapir-whorf menyatakan bahwa struktur bahasa menentukan struktur pikiran.
  • Piaget menyatakan bahwa struktur pikiran dibentuk oleh perilaku, dan bukan oleh struktur bahasa.Vygotsky menyatakan bahwa pada mulanya bahasa dan pikiran berkembang secara individual dan tidak saling mempengaruhi.
  • Chomsky menyatakan bahwa bahasa dan pemikiran adalah dua buah system yang berasingan yang memiliki keotonomian masing-masing
  •  Lenneberg mengatakan bahwa manusia telah menerima warisan biologi ketika dilahirkan berupa kemampuan berkomunikasi.

Hubungan Bahasa, Pikiran, dan Budaya:

Bahasa dan Pikiran 
Edward Saphir. Whorf mengambil contoh Bangsa Jepang. Orang Jepang  mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena orang Jepang mempunyai  banyak kosa kata dalam mejelaskan sebuah realitas. Hal ini membuktikan  bahwa mereka mempunyai pemahaman yang mendetail tentang realitas.


Pikiran mempengaruhi bahasa
Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi kognitif yang tak asing bagi manusia, yaitu Jean Piaget. Melalui observasi yang dilakukan oleh Piaget  terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia melihat bahwa perkembangan  aspek kognitif anak akan mempengaruhi bahasa yang digunakannya. Semakin  tinggi aspek tersebut semakin tinggi bahasa yang digunakannya.  


Bahasa dan pikiran saling mempengaruhi
Hubungan timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh  Benyamin Vigotsky, seorang ahli semantik berkebangsaan Rusia yang teorinya dikenal sebagai pembaharu teori Piaget mengatakan bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi. Penggabungan Vigotsky terhadap kedua  pendapat di atas banyak diterima oleh kalangan ahli psikologi kognitif.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa memang untuk masalah bahasa, pikiran, dan budaya adalah hal yang rumit, sehingga terjadi kontroversi diantara teori-teori tersebut. Sekarang bergantung pemakai bahasa dalam budaya tertentu ingin memilih teori mana yang menurutnya itu lebih bisa dipahami.


















Referensi

Sumaryono, H. 1993. Hermeneutik. Yogyakarta : Kanisius
Suriasumantri, J. 1998. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor
Wierzbicka, 1995. Emotion and Facial Expression: A Semantic Perspective. Journal Culture & Psychology. Vol I: 227-258. London: Sage Publication
Wierzbicka, 1999. Emotions Across Language and Cultur. Cambridge: Cambridge University Press
http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/hubungan_antara_bahasa_dan_pikiran.pdf

2 komentar: