Berbahasa, berpikir, dan
berbudaya saling berkaitan dan berintegrasi dalam kehidupan manusia. Berbahasa adalah
menyampaikan pikiran atau perasaan mengenai sesuatu
hal dalam kehidupan budayanya. Intinya, sebelum berbahasa terdapat proses
berpikir dan dari proses berpikir itulah akan digunakan untuk berkomunikasi
dalam kehidupan berbudaya.
Berikut
pendapat menurut para pakar:
Teori
Wilhelm Von Humboldt
Menurut Humboldt berpendapat bahwa pandangan hidup dan budaya suatu
masyarakat ditentukan oleh bahasa masyarakat itu sendiri. Jadi, bahasa yang
sudah ditetapkan oleh masyarakat tertentu akan menjadi sebuah pandangan hidup
atau identitas suatu budaya masyarakat itu sendiri. Selain itu, Humboldt juga
berpendapat bahwa bentuk luar merupakan bahasa yang bisa kita dengar misalnya
kata yang terucap dari mulut, sedangkan dari dalam merupakan dari otak yaitu
pikirannya kita.
Teori
Sapir-Whorf
Sependapat dengan Humboldt,
Whorf berpendapat bahwa tidak ada dua buah bahasa yang sama, sehingga dapat
dianggap mewakili masyarakat yang sama dan ia menolak adanya pandangan klasik
mengenai hubungan bahasa dan berpikir bahwa bahasa berdiri sendiri. Jadi, dalam
masyarakat tertentu hanya memiliki satu bahasa yang disepakati, dan Whorf
berpandangan bahwa tanpa melalui proses berpikir, bahasa itu sudah berdiri
sendiri.
Teori Jean
Piaget
Berbeda dengan pendapat para
ahli diatas, Piaget berpendapat bahwa bahasa terbentuk karena ada yang
membentuk yaitu berupa proses berpikir. Tanpa proses berpikir, bahasa tidak
akan pernah ada, sehingga proses kemunikasi dalam budaya tidak akan terwujud
secara maksimal. Dalam hal ini berarti perilaku berbahasa yang sudah ada dalam
pemikiran manusia itu sendiri bisa juga dianggap sebagai bahasa yang terdapat
dari nurani manusia itu sendiri.
Teori L.S
Vygotsky
Vygotsky berpandangan bahwa
pada awal mulanya bahasa dan pikiran tidak ada hubungan yang mengikat antar
keduanya, tetapi seiring berjalannya waktu, manusia akan berpikir tentang
bahasa, sehingga manusia akan berbahas dengan pikirannya.
Teori Noam
Chomsky
Chomsky berpandangan bahwa sejak
lahir manusia sudah memiliki kemampuan berbahasa dalam memori otaknya yang
berupa LAD (Language Aquitition Device).
Hal itu tercermin pada seorang bayi yang sebenarnya di dalam otak sudah
tersimpan kemampuan untuk berkomunikasi yang diturunkan secara biologis, tetapi
belum bisa untuk diungkapkan. Namun, seiring berjalannya waktu seorang bayi
bisa berbahasa ibu karena adanya jalinan batin yang kuat antar keduanya.
Teori Eric
Lenneberg
Eric berpendapat bahwa manusia
telah menerima warisan biologi ketika dilahirkan berupa kemampuan berkomunikasi
dengan bahasa khusus sesama manusia dan tidak ada hubunganya dengan kecerdasan
dan pemikiran.
Teori
Brunner
Bertolak belakang dengan
pendapat Vygotsky yang mengatakan bahwa awal mula pikiran dan bahasa itu tidak
ada hubungannya, tetapi menurut Bruner bahasa dan pikiran itu sebenarnya saling
bekerja sama karena dengan bahasa orang dapat berpikir sistematis oleh karena
itu bahasa dan pikiran dapat saling membantu.
Teori Kekontroversialan Hipotesis Sapir-Whorf
- Sapir-whorf menyatakan bahwa struktur bahasa menentukan struktur pikiran.
- Piaget menyatakan bahwa struktur pikiran dibentuk oleh perilaku, dan bukan oleh struktur bahasa.Vygotsky menyatakan bahwa pada mulanya bahasa dan pikiran berkembang secara individual dan tidak saling mempengaruhi.
- Chomsky menyatakan bahwa bahasa dan pemikiran adalah dua buah system yang berasingan yang memiliki keotonomian masing-masing
- Lenneberg mengatakan bahwa manusia telah menerima warisan biologi ketika dilahirkan berupa kemampuan berkomunikasi.
Hubungan Bahasa, Pikiran, dan Budaya:
Bahasa dan Pikiran
Edward Saphir. Whorf mengambil contoh Bangsa Jepang.
Orang Jepang mempunyai pikiran yang
sangat tinggi karena orang Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam mejelaskan sebuah
realitas. Hal ini membuktikan bahwa
mereka mempunyai pemahaman yang mendetail tentang realitas.
Pikiran mempengaruhi bahasa
Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi kognitif
yang tak asing bagi manusia, yaitu Jean Piaget. Melalui observasi yang
dilakukan oleh Piaget terhadap
perkembangan aspek kognitif anak. Ia melihat bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan mempengaruhi bahasa
yang digunakannya. Semakin tinggi aspek
tersebut semakin tinggi bahasa yang digunakannya.
Bahasa dan pikiran saling mempengaruhi
Hubungan timbal balik antara kata-kata dan pikiran
dikemukakan oleh Benyamin Vigotsky, seorang
ahli semantik berkebangsaan Rusia yang teorinya dikenal sebagai pembaharu teori
Piaget mengatakan bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi. Penggabungan
Vigotsky terhadap kedua pendapat di atas
banyak diterima oleh kalangan ahli psikologi kognitif.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa memang untuk masalah bahasa, pikiran, dan budaya adalah hal
yang rumit, sehingga terjadi kontroversi diantara teori-teori tersebut.
Sekarang bergantung pemakai bahasa dalam budaya tertentu ingin memilih teori
mana yang menurutnya itu lebih bisa dipahami.
Referensi
Sumaryono, H. 1993. Hermeneutik. Yogyakarta : Kanisius
Suriasumantri, J. 1998. Ilmu dalam Perspektif.
Jakarta: Yayasan Obor
Wierzbicka,
1995. Emotion and Facial Expression: A Semantic Perspective. Journal Culture
& Psychology. Vol I: 227-258. London: Sage Publication
Wierzbicka,
1999. Emotions Across Language and Cultur. Cambridge: Cambridge University
Press
http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/hubungan_antara_bahasa_dan_pikiran.pdf
Bagus, Terimakasih atas ilmunya.
BalasHapusTerimakasih atas postingannya,bermanfaat..
BalasHapus